Kenali Deflasi dan Inflasi: Apa itu?

Pernah dengar istilah di atas? Ketika bicara tentang deflasi dan inflasi, keduanya merupakan fenomena ekonomi yang memiliki dampak besar terhadap perekonomian suatu negara. Keduanya berkaitan erat dan perlu dikendalikan karena memiliki perbedaan yang penting dengan nilai mata uang dan tingkat harga barang dan jasa di pasar. 


Dilansir dari Kementerian Keuangan RI, jika kita mengikuti isu-isu statistik, angka deflasi dapat dilakukan perbandingan guna mengetahui pertumbuhan perekonomian di waktu tertentu, apakah naik atau lambat.



Pengertian Inflasi


Melihat dari sisi yang lebih luas, inflasi diartikan sebagai kenaikan harga barang dan jasa. Kenaikan ini sendiri diakibatkan oleh beredarnya sejumlah uang yang terjadi di masyarakat, sehingga mata uang memiliki daya beli yang lebih rendah dari sebelumnya. Dengan kata lain inflasi adalah menurunnya nilai mata uang karena beberapa faktor seperti; supply, permintaan, dan ekspektasi inflasi.


Perhitungan inflasi dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia. Berbagai data harga dari barang dan jasa yang dianggap mewakili belanja konsumsi masyarakat di survey dan dikumpulkan menjadi satu untuk dihitung tingkat inflasinya dengan membandingkan harga-harga saat ini dengan periode sebelumnya.


Kenaikan inflasi sendiri banyak menuai protes dari masyarakat Indonesia, salah satu contohnya adalah kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan harga cabai yang beredar di pasaran.



Penyebab dan Dampak Inflasi: Apa Saja?


Penyebab inflasi bisa bervariasi, yang paling utama adalah besarnya jumlah uang yang beredar. Tak segampang membalikkan telapak tangan, alasan Bank  Indonesia (BI) tidak mencetak uang sembarangan dan memberikannya secara semena-mena kepada masyarakat salah satunya adalah dapat menyebabkan inflasi. Dampak lainnya adalah penurunan daya beli masyarakat khususnya di kalangan menengah kebawah, mengurangi tabungan atau investasi, mahalnya biasa ekspor sehingga daya saing produk ekspor menurun, dan terciptanya ketidakpastian pelaku ekonomi yang mengganggu perencanaan bisnis, di mana mengarah kepada ketidakstabilan ekonomi.


Tekanan dari sisi penawaran (cost push inflation) atau peningkatan biaya produksi menjadi faktor pemicu terjadinya dampak-dampak inflasi di atas. Penyebabnya seperti depresiasi nilai tukar, dampak inflasi luar negeri, peningkatan harga komoditas yang diatur pemerintah, dan negative supply shocks (gangguan dalam distribusi barang dan jasa).


Mengutip dari Bank Indonesia, tekanan dari sisi permintaan (demand pull inflation) pun bisa mendorong terjadinya inflasi apabila sisi peningkatan permintaan barang dan jasa relatif terhadap ketersediannya. Adanya ekspektasi inflasi di masyarakat pun bisa mendorong keputusan konsumen, investor, dan pelaku ekonomi lainnya. Ada dua jenis ekspektasi inflasi, yakni:

  1. Ekspektasi inflasi adaptif: Didasari pada pengalaman masa lalu atau data historis.

  2. Ekspektasi inflasi forward-looking: Didasari pada analisis dan perkiraan terhadap faktor-faktor ekonomi dan kebijakan yang mempengaruhi inflasi di masa depan.




Pengertian Deflasi


Buruknya kondisi ekonomi di suatu negara terjadi karena deflasi yang terjadi secara berkelanjutan. Kebalikan dari inflasi, deflasi adalah peningkatan nilai mata uang, tetapi harga barang dan jasa terus menurun dari waktu ke waktu. Hal ini berarti uang akan memiliki daya beli yang lebih besar dari sebelumnya.


Jika terbesit dalam pikiran bahwa deflasi menguntungkan, Anda terjebak. Deflasi sekilas terlihat menjadi lebih terjangkau bagi konsumen, tapi nyatanya tidak selalu. Deflasi yang berkelanjutan bisa membuat aktivitas jual beli berdampak negatif alias menimbulkan kerugian karena penjualan tak mampu menutup biasa produksi maupun biaya operasional.


Ingat kasus Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) secara massal yang dilakukan di perusahaan-perusahaan Indonesia saat masa COVID-19? Hal tersebut merupakan contoh dari adanya deflasi, guna mengurangi beban biaya berkepanjangan.



Penyebab dan Dampak Deflasi: Apa Saja?


Mayoritas masyarakat Indonesia cenderung menyimpan uang di bank, tanpa disadari hal tersebut  mengakibatkan penurunan jumlah uang yang beredar di masyarakat. Selain itu, ketatnya persaingan antara perusahaan dengan kompetitor yang menciptakan bermacam-macam strategi pemasaran pun dapat menyebabkan inflasi. Biasanya perusahaan menekan biaya produksi hingga ke tingkat terendah yang dapat dilakukan tanpa pikir panjang untuk menyesuaikan dengan biaya produksi yang menurun karena permintaan barang dan jasa yang terlalu sedikit. 


Deflasi juga terjadi apabila pemerintah atau bank sentral mengeluarkan kebijakan yang tidak tepat, seperti penetapan suku bunga yang terlalu tinggi atau terlalu membatasi pasokan uang beredar.


Dampak negatif dari deflasi dapat memicu pengurangan pendapatan suatu bisnis, meningkatnya angka pengangguran karena aktivitas PHK, dan terjadinya penurunan nilai aset. Di mana hal-hal tersebut dapat mengakibatkan penurunan pertumbuhan ekonomi.


Efek domino pun dapat terjadi pada pendapatan negara yakni pajak. Kondisi ini terjadi akibat perusahaan yang biasanya membayar dalam kondisi normal, kini tidak bisa membayar pajak seperti semestinya karena kerugian yang mereka alami.



Kesimpulan


Memantau dan mengelola tingkat inflasi dan deflasi adalah salah satu upaya untuk menjaga stabilitas ekonomi suatu negara. Inflasi yang terkendali dapat mengindikasi pertumbuhan ekonomi yang sehat, tetapi jika terlalu tinggi, dapat mengakibatkan ketidakstabilan ekonomi dan sosial. Sementara deflasi yang terkendali dapat menunjukkan stagnasi ekonomi atau resesi yang lebih dalam, dan bisa menjadi tanda peringatan untuk otoritas ekonomi.


Dengan pemahaman yang lebih baik tentang kedua fenomena ini, diharapkan dapat diambil langkah-langkah yang tepat untuk menjadi keseimbangan dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan sehat untuk negara kita tercinta, Indonesia.

Author: Dwi Adi Ningsih

part of lahansikam.co.id